Langsung ke konten utama

Intermezzo

Kalau diperhatikan dari posting awal sampe terakhir, jarang ada postingan yang memiliki kalimat panjang dalam 1 titik. Karena berhubungan dengan pribadi saya yang memang tidak senang untuk mengeluh terlalu berlebihan dan juga karena saya memang lebih gemar diam dalam tulisan. Introvert yang mendarah daging dalam setiap jejak langkah saya selama ini berperan besar menciptakan alter ego asli seperti itu. Ditambah bumbu Feel, ya jadilah puisi-puisi yang penuh sedu sedan mendayu khas penyair melayu ditinggal kekasih nikah dengan bangsawan seberang sana.

Begitulah ciri khas tulisan saya. Darah yang mengalir membawa aliran B yang berfungsi membuat saya lebih senang singkat, padat. Begitu. Belum terbiasa curhat dengan segala aktifitas yang berjalan sepanjang hari, tentang klub sepakbola favorit saya, musik, makanan, kopi dan kesenangan saya keliling kota sendirian. 

Ya saya suka jalan-jalan sekedar membuang-buang waktu dan uang hanya untuk memenuhi hasrat egois. Efek tinggal di kota yang luasnya tidak terlalu besar, yang kalau sesat dan mentok hanya ketemu laut. Ditambah tidak ada pantangan dalam sisi konsumsi makanan, membuat saya semakin suka dan gemar untuk jelajahi sudut kota mencoba segala sesuatu yang baru.

Perfeksionis dalam kacamata saya membuat saya suka menunda-nunda. Prinsip yang kuat tentang Pondasi adalah hal yang penting membuat blog ini juga lama sekali update. Sebenarnya blog ini dibuat jaman kuliah, sekitar tahun 2010. Tapi ya itu, gagal. Tulisan dulu lebih sering kebanyakan make up daripada isinya. Sehingga baru di tahun 2016, ketika passion menulis semakin bertemu jalurnya, barulah mulai untuk merambah dunia blog. Tulisan yang sudah pernah diposting lalu dihapus. Nama alamat url untuk blog juga dicari. Ya dan akhirnya ada blog ini hidup kembali.

Sebenarnya di notes hp, banyak puisi yang sudah tertulis. Didalam kepala, banyak ide cerita yang sudah berjalan lengkap dengan skenario. Setiap mencoba mengetik, langsung buyar semua. Menyebalkan. Terlalu terbiasa dengan puisi yang lebih singkat, sehingga saat merangkai kalimat yang lebih banyak, jemari ini rasanya mulai kaku. Bosan. Lalu pergi menjauh.

Jadi, nikmati saja sajian saya sekarang. Mungkin perlahan saya mulai merambah sesi curhat atau sesi review. Terwujud atau tidak, ntahlah. Saya tidak suka menargetkan hal-hal yang masih semu. Mengalir apa adanya juga tidak akan kubiarkan. Karena jalurnya sudah ada, ikuti arus, tuju singsana nirwana, penuhi sukma.

Komentar

  1. Hai Ilhaaaaam. Ini kamu golongan darahnya B? B kebanyakan gitu ya. Nggak suka curhat panjang lebar di tulisan. *sotoy*

    Wah. Bakal ada sesi curhat dan review. Ditunggu yaaaa~ 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaii makhluk-tuhan-paling-sexy-tapi-datar-bernama-Icha. iya ak golongan darah B, pemberontak berdarah dingin. Sukanya nulis puisi cha. curhatnya disana :P

      jangan ditunggu. ntar nyesal loh. Keburu nikah ntar :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Have A Crush On You Today

Bulan sembunyi, Bintang terusik. Waktunya berganti, siklus berlari. Matahari di pagi ini menampakkan cerahnya. Angin mengiringi, senandung ceria. Tawamu indah hari ini. Menatapmu disela-sela keramaian membuat hatiku tenang. Pipimu yang memerah itu membuatku terpana. Aku terpukau pesonamu. Kau cantik hari ini. Bahkan lebih cantik dari hari yang telah lewat. Apakah setiap hari cantikmu meningkat? Mungkinkah? Aku rasa iya. Aku senang ketika mendengar suaramu dari kejauhan. Mungkin kamu tak sadar, tapi aku bisa. Suara khasmu sudah terpatri erat ditelingaku. Membuatku tersenyum sipu, memerahkan pipiku. coba matamu yang indah melirikku tadi.ha Coba kamu perhatikan aku tadi,  Maka rasa penasaranmu akan pipiku yang berubah warna akan terjawab. Karena aku tak bisa tahan untuk merasa bahagia jika melihatmu. Jilbab kuning yang kau pakai hari ini. Menguatkan aura magismu. Mengikatku. Membuatku selalu mencuri pandang terhadapmu. Darling, Sa

Jadi, Inikah?

Sudah terkuak semua. Terbuka. Kutemukan kesakitanku. Perih. Inikah patah hati? Terkubur bersama rasa. Diiringi hujan. Seakan ikut berduka. Kembali ku terdiam. Hanyut dalam duka mendalam. Tatapku sayu padamu. Tertunduk seakan tak percaya. Aku harus relakanmu pergi. Tanpa bayangku mengiringi. Aku harus relakanmu pergi. Jauh tinggalkanku sendiri. Ku tutup bab ini dengan sungkan. Ingin melanjutkan, tapi enggan. Tiada kamu dibab baru kelak. Karena cerita kita sekarang berpisah jalan.