Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Perangkai Mimpi

Kamu, sang pemilik mimpi. Apa kabarmu malam ini? Sinar terangmu sinari bumi. Cerahkan muram, hilangkan kelam. Kamu, sedang berkutatkah dengan rutinitas? Mungkin saat ini kamu fokus pada deretan data. Mungkin juga sedang menghela nafas, lepaskan lelah. Atau mungkin sedang memainkan mimpi? Aku disini memandangmu jauh. Beri senyuman, coba ringankan bebanmu. Aku disini memandangmu jauh. Beri doa, agar bahagia bersamamu malam ini. Saat ini aku hanya memeluk siluet bayangmu. Hanya bayangan, ya. Saat ini aku memandang siluet bayangmu. Hanya memandang, ya. Malam ini, kuhaturkan syair demi syair. Tersusun lirik demi lirik. Temanimu di malam yang menemui larut. Tenggelam dalam hening dan kerlip bintang. Aku akan merangkai mimpi, sejenak. Mencoba untuk sampaikan itu, dengan hadirmu. Mungkinkah? Ada penghalang menghadang, tak bisa kulewati,  hanya memandang muram durja dari sudut jendela retak. Sudah lama kita tak bertemu sapa, pemilik

Harap

Kau datang ketika ku bersimpuh sedih. Tanpa maksud, cahayamu pendarkan bahagia. Mungkin tak kamu sangka, Aku bangkit tanpa sesal berarti. Suaramu yang memanggilku, Ntah itu bagaikan lagu. Berputar tak pernah bosan. Terngiang selalu tanpa henti. Kau sentuh aku saat ku terjatuh. Mungkin hanya sepihak, Yang penting aku bisa berjalan. Daripada aku setia dalam kubang duka ini. Tidak banyak harapku. Aku bosan mengharap. Tapi bolehkan aku terus menerima pendarmu? Disentuh rona senang dan semangatmu?

Kagum

Tulisan ini sampaikan kagum padamu. Karena angin seakan segan alurkan rindu. Karena malam malu haturkan kata. Bersemu merah, tertunduk merona. Ketika tanganku tak bisa pelukmu erat. Ketika hatiku tak bisa peluk hatimu erat. Hanya syair yang bisa. Meskipun satu arah tanpa berharap balas. Hujan ini mengiringi. Dibumbui angin, semilir harpa menawan. Lihat bintang itu, Kelip indah pertanda itu. Biarkanlah. Mengagumi tak perlu miliki. Tanpa tampikkan rasa. Tak usah bawa perasa.

Pelukmu

Kau bagai matahari di antara bintang malam. Menjaga mata untuk nikmati belaian sepoi malam. Bintang bernyanyi, senandung nada mengalun. Hiasi sunyi, arungkan semu awan. Kau bagai manis dalam seruput espresso. Terasa nyata di lidah, ambil alih pahit di muka. Tak ku rasa pahit, tak ku rasa. Hanya terasa nikmat elixir hitam ini karenamu. Kau curang. Kau selundupkan kafein ketika ku ingin pejamkan mata. Ketika ku ingin melanglang buana mimpi. Terpaksa mencari arah kantukku lagi Aku ingin tidur. Cukup bermain di kepalaku malam ini. Bukankah ada hari esok? Bukankah matahari masih menyambut? Atau hanya aku?

Hari

Senyummu cerah pagi ini. Disinari matahari yang cerah. Sedikit terlindungi awan yang menari. Angin pun membelaimu dengan mesra. Kau ubah awan kelam didepanku. Basuhinya dengan tawa dan canda jujur. Luntur beku serta dingin, Sembuh perih yang setia hayati. Malam ini kau lewati alam liarmu. Mungkin kau sedikit berdegup. Tapi bagiku itu jenaka. Lelucon yg ntah kenapa terbayang selalu. Bisa kau rasakan malam ini? Malam ini bernyanyi untukmu. Melembutkan hatimu. Mencumbumu elok dengan kasih. Bintang ingin rayumu untuk terbang hampirinya. Lewati awan kapas. Tembus sukma serta langit. Hinggap di nirwana. Sekarang, tuan putri, tidurlah. Lepaskan lelahmu di pundakku. Lunturkan bebanmu di bahuku. Agar tenang jiwamu malam ini. Lelaplah. Puaskanlah. Ragamu lelah, jiwamu letih. Selamat tidur.

Kenapa, Tuan Putri?

Tuan putri.  Ia termenung.  Diam.  Sunyi.  Didalam kepalanya penuh pikiran berkecamuk.  Dihatinya ragu memenuhi.  Ia tak bisa.  Tak mau?  Ia takut.  Takut kecewa.  Maupun mengecewakan pangeran.  Yang datang hantarkan kehangatan.   Buat apa ragu, tuan putri.  Aku menyediakan hatiku untukmu.  Bersiap menyediakan waktuku bersamamu.  Bersiap menghabiskan umur berdua denganmu.   Maju, tuan putri.  Sesal itu tanpa ragu menghantamu kelak. Lebih baik kita buat ia tertekuk.  Malu akan kebersamaan kita.  Percayalah, tuan putri.  Percayalah.

Ragu

Sulitkah?  Menyatukan perasaan?  Menerima kekurangan?  Memahami kelebihan?  Perlahan mulai terkikis.  Debur ombak mengerupsi dinding pertahanan kita.  Badai semakin berbahaya.  Tak sanggup

Looping

Aku menemukannya. Terlihat menyenangkan. Aku haturkan tanganku untuk menggengamnya. Lenyap. Tak berbekas. Ingin peluk erat. Enggan melihatmu jauh. Menapak sendu. Pelan hilang suara. Gemercik bintang aurakan senyap. Peluk malam hadirkan kelam. Ternoda. Terlambat. Tak sempatkah? Atau memang bukan waktunya? Atau memang tak akan pernah? Terketik namun tak terbalas. Hanya sebuah cerita yang sama. Berulang. Ulang. Dan selalu.

Akhirnya

Gawaiku berdering.  Nada yang sengaja aku khususkan mengalun.  Bernyanyi.  Membuncah.  Tersenyum sendiri.  Di tengah-tengah khalayak.  Acuh dengan tatapan heran.  Aku senang.  Terketuk mesra. Menunggu.  Ingin memeluk.  Jauh.  Tatap wajahmu erat di ingatan.  Gapai jemarimu erat.  Hangatkan dingin malam ini.  Menikmati kicauan angin.   Kemana?  Aku menunggu.  Kemana?  Aku menanti.  Masih.

Dilema

Lalu lintas berkerumun.  Mengejar asa.  Terpacu melodi.  Riuh rendah mengalun.  Aku harus bagaimana?  Bingung.  Melangkah, tak pasti.  Mundur, seakan tak mau rugi.   Hati ini sudah terbuka.  Siap menerimamu apa adanya.  Tarik ulur.  Memerih.  Pelan.  Perlahan.  Diketuk.  Nelangsa.

Memudar

" I stay to watch you fade away. I dream of you tonight. Tomorrow you`ll be gone. It gives me time to stay, to watch you fade away. I dream of you tonight. Tomorrow you`ll be gone. I wish by god you`ll stay" The Second You Sleep - Saybia

Hai

Kepada pelipur laraku. Apa kabarmu hari ini? Tiada kata yang aku ucapkan untuk menyapamu. Sekedar "say hello" pun tidak. Aku berharap kamu baik-baik saja. Tidak kurang satu pun. Tidak sedang dilanda gundah. Maupun resah yang kadang bosan. Aku tidak tahu mengapa. Aku memikirkanmu. Kamu hadir tanpa permisi. Kamu hadir bawa cahaya. Aku senang ketika kita berjumpa untuk pertama kalinya. Padahal kita tak pernah saling kenal. Hanya bertukar cerita di malam kelam. Hanya sekedar menumpahkan apa yang ada di kepala. Aku merasakan debar yang telah lama hening. Menusuk. Memelukku dengan degup kencang. Tapi nikmat. Aku tak tahu apakah kamu sendiri. Atau sudah bersama. Aku hanya menikmati momen ini. Melukis tinta cerita yang baru. Bab ini sedang kita jalani. Jalan penuh liku terhampar depan kita. Jalur kita sama. Ntah apa bisa bersatu di akhir. Aku bersyukur. Atas usahamu menyembuhkan lukaku. Atas ke

Kelu

Basa-basi pencabik rindu. Bibirku kelu kala jumpa denganmu. Pikiran tak tentu mencari kata penuai rindu. Kau tetap kokoh dalam hati meski sudah hancur berkali-kali. Basa-basi rindu harus perlu diucap meski sekali. - AYD -

Kabar

Kepada pemilik gundahku yang hilang. Yang kemudian kembali datang setelah menghilang. Yang kemudian meluluhkan perasaan. Adakah rindu yang tertahan? Adakah sendu tidak ada kabar? Tertanda, aku dan bisik-bisik kecil dengan Tuhan - AYD -

Tak Pernah

Hariku sepi dan dingin kembali. Jauh dari hangatnya kasih sayang kekasih. Semakin jauh aku mencari. Semakin sulit aku menemui. Ketika aku mengembalikan semua kata-kataku yang telah terucap padamu. Tak pernah bisa menolong luka yang telah aku berikan. Aku berharap ada disaat itu. Saat dimana aku mencintaimu. Aku meminta padamu, Tuhan. Lindungi dia ketika dia jauh dariku. Ketika aku tak bisa menggenggam tangannya ketika dingin menerpa. Kita semua butuh orang yang bisa dipercaya untuk itu. Namun ketika aku terpaksa pergi. Meskipun aku berharap aku bisa bertahan. Karena aku kesepian dan lelah. Merindukanmu sekali lagi dan lagi. Tidak ada apa-apa disini selain sunyi. Tidak ada apa-apa disini selain kelam. Memikirkanmu membuatku hidup. Memberikan cahaya diantara kegelapan ini semua. Tapi aku tak bisa terus begini. Ketika dua hati tak bisa menyatu. Saat itulah aku pergi. Saat itulah aku menaruh pusara kenangan didepanmu. Perjuangank

Kasmaran

Kasmaran. Aku sedang kasmaran. meskipun ada keretakan dalam hati. Aku tak peduli. Kau datang tanpa salam. Hanya kutanggapi seadanya. Hingga tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda. Kau langka. Perlahan aku merasa kita bisa melengkapi. Kau dengan pengalamanmu. Aku dengan pengalamaku. Kita berdua bisa saling mengisi. Cinta datang tanpa pernah permisi. Ia buta. Kali ini ia membantuku membuka bab baru. Bab bersamamu.

Untukmu

Untukmu, yang pernah mewarnai hari. yang pernah melukiskan harapan. yang pernah singgah membawa cinta. Untukmu, Aku disini masih membawa cinta kita. Masih menulis tentang kita. Masih. Untukmu, yang masih tersenyum meskipun bukan untukku. yang masih riang gembira. yang masih suka drama korea. Untukmu. Hanya untukmu aku rasakan. Ketika cinta hadir dalam hidupku. Ketika cinta pergi menyisakan luka.

New Chapter

Sudah waktunya membuka lembaran baru.  Bab baru bersama dirimu. Yang bisa membuatku tertawa. Kala tangisku melanda. Aku tersentuh dengan caramu menenangkanku. Dan itu memenangkan hatiku. Menyambung segala keretakan jiwa. Cinta yang sudah lama dikubur. Percayalah. Akan kubuat kau bahagia. Sampai lupa merasakan kesakitan.

Mimpi

Kamu, sang pemilik mimpi. Apa kabarmu malam ini? Sinar terangmu sinari bumi. Cerahkan muram, hilangkan kelam. Kamu, sedang berkutatkah dengan rutinitas? Mungkin saat ini kamu fokus pada deretan data. Mungkin juga sedang menghela nafas,  lepaskan lelah. Atau mungkin sedang memainkan mimpi? Aku disini memandangmu jauh. Beri senyuman, coba ringankan bebanmu. Aku disini memandangmu jauh. Beri doa, agar bahagia bersamamu malam ini. Saat ini aku hanya memeluk siluet bayangmu. Hanya bayangan, ya. Saat ini aku memandang siluet bayangmu. Hanya memandang, ya. Malam ini, kuhaturkan syair demi syair. Tersusun lirik demi lirik. Temanimu di malam yang menemui larut. Tenggelam dalam hening dan kerlip bintang. Aku akan merangkai mimpi, sejenak. Mencoba untuk sampaikan itu, dengan hadirmu. Mungkinkah? Ada penghalang menghadang, tak bisa kulewati,  hanya memandang muram durja dari sudut

Jadi, Inikah?

Sudah terkuak semua. Terbuka. Kutemukan kesakitanku. Perih. Inikah patah hati? Terkubur bersama rasa. Diiringi hujan. Seakan ikut berduka. Kembali ku terdiam. Hanyut dalam duka mendalam. Tatapku sayu padamu. Tertunduk seakan tak percaya. Aku harus relakanmu pergi. Tanpa bayangku mengiringi. Aku harus relakanmu pergi. Jauh tinggalkanku sendiri. Ku tutup bab ini dengan sungkan. Ingin melanjutkan, tapi enggan. Tiada kamu dibab baru kelak. Karena cerita kita sekarang berpisah jalan.

Heartache

Inilah waktunya. Ambil semua kesakitanku. Lelahku menunggu. Letihku menahan rasa. Dari awal, sudah kucoba tahan. Semenjak itu, aku coba. Apa yang lebih menyakitkan? Ketika tahu, janji yang kita buat untuk melindungimu. Melindungi dari kenyataan. Cahayamu telah bersatu dengan yang lain. Kau ingin cahaya dariku, Tapi tak ingin bersatu. Inilah. Jadi inikah? Akhir dari kehangatan? Akhir dari ribuan prasa? Akhir dari segala lelucon? Atau ini juga lelucon? Jika kau pikir aku bisa menahan. Aku bohong. Dari awal sudah aku coba. Tapi tetap sulit. Karena pijakan kita di rawa. Penuh kejutan. Butuh pondasi yang kuat. Butuh pernyataan. Jujurlah pada hatimu. Buat apa masih bersamaku? Cahayaku terang benderang menujumu. Tapi hanya untuk terangi hubunganmu dengan pemilik cahayamu. Tak perlu memilikimu. Cukup buatmu bahagia. Itu tujuanku selama ini. Meski senyummu bukan untukku. Jadi, inikah akhir? Bolehkah kuturunkan layar hitam ini? Drama kita berak

Lelapkan dibenakku

Senyummu cerah pagi ini. Disinari matahari yang cerah. Sedikit terlindungi awan yang menari. Angin pun membelaimu dengan mesra. Kau ubah awan kelam didepanku. Basuhinya dengan tawa dan canda jujur. Luntur beku serta dingin, Sembuh perih yang setia hayati. Malam ini kau lewati alam liarmu. Mungkin kau sedikit berdegup. Tapi bagiku itu jenaka. Lelucon yg ntah kenapa terbayang selalu. Bisa kau rasakan malam ini? Malam ini bernyanyi untukmu. Melembutkan hatimu. Mencumbumu elok dengan kasih. Bintang ingin rayumu untuk terbang hampirinya. Lewati awan kapas. Tembus sukma serta langit. Hinggap di nirwana. Sekarang, tuan putri, tidurlah. Lepaskan lelahmu di pundakku. Lunturkan bebanmu di bahuku. Agar tenang jiwamu malam ini. Lelaplah. Puaskanlah. Ragamu lelah, jiwamu letih. Selamat tidur.

(cari) Alasan

Selama ini berbagi cerita vi IG, Twitter dan media sosial lainnya. Namun tidak mencakup hasrat batin penulisan. Ntah yang dibatasi, atau ranahnya yang berbeda. Memulai kembali blog yang telah lama mati. 6 tahun tertidur, mati suri. Tak diabaikan. Menyedihkan. Ya rada curhat, tapi tidak terlalu private. Salam kenal, dari introvert yang gemar meramu kata. Menanamkan rasa. Terngiang asa.

Pain

"I've felt the hate rise up in me Kneel down and clear the stone of leaves I wonder out where you can't see Inside my shell, I wait and bleed" Wait and Bleed - Slipknot