Tuan putri.
Ia termenung.
Diam.
Sunyi.
Didalam kepalanya penuh pikiran berkecamuk.
Dihatinya ragu memenuhi.
Ia tak bisa.
Tak mau?
Ia takut.
Takut kecewa.
Maupun mengecewakan pangeran.
Yang datang hantarkan kehangatan.
Buat apa ragu, tuan putri.
Aku menyediakan hatiku untukmu.
Bersiap menyediakan waktuku bersamamu.
Bersiap menghabiskan umur berdua denganmu.
Maju, tuan putri.
Sesal itu tanpa ragu menghantamu kelak.
Lebih baik kita buat ia tertekuk.
Malu akan kebersamaan kita.
Percayalah, tuan putri.
Percayalah.
Komentar
Posting Komentar