Langsung ke konten utama

Tiada Ingin Berjudul

Sunyi kelam terantuk senja.
Dengungnya rendah penuhi ruang hampa.
Bisiknya temaram senandung merana.
Lingkupi kelam tak berarak bersama.

Biar mati tak terasa.
Diam senyapkan wacana.
Kala hidup tak terencana.
Hening pelan mencumbu mesra.

Denting piano semarakkan dunia.
Bernada muram, bertemu durja.
Asaku hilang ditelan nyata.
Harapanku lenyap seiring mata.

Pergi jauh tinggalkan cinta.
Melangkah kelur terhambat rela.

Komentar

  1. Woah bikin puisinya konsisten ya ?
    aku follow nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. err tergantung gan. lagi mandek nih hehe :D tapi diusahakan. draft lagi rame kok buat diupload

      hehe terima kasih sebelumnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Have A Crush On You Today

Bulan sembunyi, Bintang terusik. Waktunya berganti, siklus berlari. Matahari di pagi ini menampakkan cerahnya. Angin mengiringi, senandung ceria. Tawamu indah hari ini. Menatapmu disela-sela keramaian membuat hatiku tenang. Pipimu yang memerah itu membuatku terpana. Aku terpukau pesonamu. Kau cantik hari ini. Bahkan lebih cantik dari hari yang telah lewat. Apakah setiap hari cantikmu meningkat? Mungkinkah? Aku rasa iya. Aku senang ketika mendengar suaramu dari kejauhan. Mungkin kamu tak sadar, tapi aku bisa. Suara khasmu sudah terpatri erat ditelingaku. Membuatku tersenyum sipu, memerahkan pipiku. coba matamu yang indah melirikku tadi.ha Coba kamu perhatikan aku tadi,  Maka rasa penasaranmu akan pipiku yang berubah warna akan terjawab. Karena aku tak bisa tahan untuk merasa bahagia jika melihatmu. Jilbab kuning yang kau pakai hari ini. Menguatkan aura magismu. Mengikatku. Membuatku selalu mencuri pandang terhadapmu. Darling, ...

Jadi, Inikah?

Sudah terkuak semua. Terbuka. Kutemukan kesakitanku. Perih. Inikah patah hati? Terkubur bersama rasa. Diiringi hujan. Seakan ikut berduka. Kembali ku terdiam. Hanyut dalam duka mendalam. Tatapku sayu padamu. Tertunduk seakan tak percaya. Aku harus relakanmu pergi. Tanpa bayangku mengiringi. Aku harus relakanmu pergi. Jauh tinggalkanku sendiri. Ku tutup bab ini dengan sungkan. Ingin melanjutkan, tapi enggan. Tiada kamu dibab baru kelak. Karena cerita kita sekarang berpisah jalan.

Heartache

Inilah waktunya. Ambil semua kesakitanku. Lelahku menunggu. Letihku menahan rasa. Dari awal, sudah kucoba tahan. Semenjak itu, aku coba. Apa yang lebih menyakitkan? Ketika tahu, janji yang kita buat untuk melindungimu. Melindungi dari kenyataan. Cahayamu telah bersatu dengan yang lain. Kau ingin cahaya dariku, Tapi tak ingin bersatu. Inilah. Jadi inikah? Akhir dari kehangatan? Akhir dari ribuan prasa? Akhir dari segala lelucon? Atau ini juga lelucon? Jika kau pikir aku bisa menahan. Aku bohong. Dari awal sudah aku coba. Tapi tetap sulit. Karena pijakan kita di rawa. Penuh kejutan. Butuh pondasi yang kuat. Butuh pernyataan. Jujurlah pada hatimu. Buat apa masih bersamaku? Cahayaku terang benderang menujumu. Tapi hanya untuk terangi hubunganmu dengan pemilik cahayamu. Tak perlu memilikimu. Cukup buatmu bahagia. Itu tujuanku selama ini. Meski senyummu bukan untukku. Jadi, inikah akhir? Bolehkah kuturunkan layar hitam ini? Drama kita berak...