Kau bagai matahari di antara bintang malam.
Menjaga mata untuk nikmati belaian sepoi malam.
Bintang bernyanyi, senandung nada mengalun.
Hiasi sunyi, arungkan semu awan.
Kau bagai manis dalam seruput espresso.
Terasa nyata di lidah, ambil alih pahit di muka.
Tak ku rasa pahit, tak ku rasa.
Hanya terasa nikmat elixir hitam ini karenamu.
Kau curang.
Kau selundupkan kafein ketika ku ingin pejamkan mata.
Ketika ku ingin melanglang buana mimpi.
Terpaksa mencari arah kantukku lagi
Aku ingin tidur.
Cukup bermain di kepalaku malam ini.
Bukankah ada hari esok?
Bukankah matahari masih menyambut?
Atau hanya aku?
Komentar
Posting Komentar