Inilah waktunya.
Ambil semua kesakitanku.
Lelahku menunggu.
Letihku menahan rasa.
Ambil semua kesakitanku.
Lelahku menunggu.
Letihku menahan rasa.
Dari awal, sudah kucoba tahan.
Semenjak itu, aku coba.
Apa yang lebih menyakitkan?
Ketika tahu, janji yang kita buat untuk melindungimu.
Semenjak itu, aku coba.
Apa yang lebih menyakitkan?
Ketika tahu, janji yang kita buat untuk melindungimu.
Melindungi dari kenyataan.
Cahayamu telah bersatu dengan yang lain.
Kau ingin cahaya dariku,
Tapi tak ingin bersatu.
Inilah.
Cahayamu telah bersatu dengan yang lain.
Kau ingin cahaya dariku,
Tapi tak ingin bersatu.
Inilah.
Jadi inikah?
Akhir dari kehangatan?
Akhir dari ribuan prasa?
Akhir dari segala lelucon?
Atau ini juga lelucon?
Akhir dari kehangatan?
Akhir dari ribuan prasa?
Akhir dari segala lelucon?
Atau ini juga lelucon?
Jika kau pikir aku bisa menahan.
Aku bohong.
Dari awal sudah aku coba.
Tapi tetap sulit.
Aku bohong.
Dari awal sudah aku coba.
Tapi tetap sulit.
Karena pijakan kita di rawa.
Penuh kejutan.
Butuh pondasi yang kuat.
Butuh pernyataan.
Penuh kejutan.
Butuh pondasi yang kuat.
Butuh pernyataan.
Jujurlah pada hatimu.
Buat apa masih bersamaku?
Cahayaku terang benderang menujumu.
Tapi hanya untuk terangi hubunganmu dengan pemilik cahayamu.
Buat apa masih bersamaku?
Cahayaku terang benderang menujumu.
Tapi hanya untuk terangi hubunganmu dengan pemilik cahayamu.
Tak perlu memilikimu.
Cukup buatmu bahagia.
Itu tujuanku selama ini.
Meski senyummu bukan untukku.
Cukup buatmu bahagia.
Itu tujuanku selama ini.
Meski senyummu bukan untukku.
Jadi, inikah akhir?
Bolehkah kuturunkan layar hitam ini?
Drama kita berakhir.
Bukan sebuah ending terbaik,
Tentu saja.
Bolehkah kuturunkan layar hitam ini?
Drama kita berakhir.
Bukan sebuah ending terbaik,
Tentu saja.
Komentar
Posting Komentar